Cantik Versi Kartini (Spesial 21 April)
Ada apa dengan perempuan?
Perempuan
adalah makhluk kreasi Maha Pencipta yang termasuk cantik, indah, dan menghiasi
kehidupan di dunia ini. Bahkan, dengan eksisnya makhluk ini di dunia, anak manusia
dapat lahir dari tubuhnya, dapat bertumbuh kembang degan kasih sayangnya, dan ya,
jadi manusia yang berkarakter.
Namun sekarang banyak kita temui, sosok
perempuan yang lebih memprimordialkan pada perawatan kecantikan diri mulai dari
ujung rambut hingga ujung kaki mereka, mengejar materi demi materi, dan haus
akan perhatian.
Hal ini banyak
dijumpai dari merebaknya perkembangan produk yang beredar di pasaran yang tentunya
juga melalui riset kebutuhan/keinginan pasar. Misalnya saja, menjamurnya online
shop yang menjual berbagai macam kebutuhan kecantikan mulai dari fashion bagian
tubuh atas hingga bawah dengan berbagai model, produk kecantikan kulit seperti
masker, krim, dsj, pun aksesoris seperti tas, jam tangan, dst juga mewarnai
penjualan online maupun offline dewasa ini.
Hal ini bisa memicu keinginan yang
besar untuk memenuhi seiring dengan keinginan yang besar pada pencarian uang/materi.
Para perempuan yang disuguhi informasi semacam itu terdorong untuk berorientasi
pada materi, kecantikan, dan tentunya, ehm perhatian publik berupa loves/likes
di foto yang ia pajang di media sosial kesayangannya.
Memang yaa, tidak
ada yang salah dengan hal itu, karena sangat wajar fitrah tampil yang baik, mendapat
kenyamanan berupa perhatian publik karena menitik perhatian pada perempuan
perempuan masa kini tersebut. Namun, benarkah primordial perempuan yang sedang
banyak diikuti tersebut mencerminkan “beautifulnya” seorang perempuan?
Cantik
itu memang bisa secara fisik sudut pandangnya, tapi alangkah lebih indahnya
jika kecantikan perempuan masa kini juga terhias dengan kepribadian yang cantik
dan visi/cita cita yang cantik pula.
Kisah inspiratif
Jika kita main
sejenak di masa lalu yang penuh kisah berhikmah, tepatnya 100 tahun lebih yang
lalu, kita akan bertemu dengan, Kartini sebagai perempuan yang cantiknya masih
awet hingga kini. Ia seperti perempuan saat itu pada umumnya, dilarang melanjutkan
sekolah yang lebih tinggi setelah berumur 12 tahun karena sudah siap untuk
dipingit dan dinikahkan – secara paksa.
Nah. Karena harus mengikuti budaya demikian,
Kartini menurut dan tetap berkirim surat dengan temannya di Belanda yang juga
akhirnya memantik Kartini kecil untuk menyelami buku Eropa, koran Eropa, surat kabar
dari Semarang, dan bahan bacaan lainnya.
Dari situ, Kartini memahami bahwa
perempuan di Eropa sangatlah maju pemikirannya, dan berbeda jauh dengan strata
rendah perempuan di Indonesia. Hati kecilnya terketuk, dan lewat tulisan pula,
ia memperjuangkan kesamaan derajat antara perempuan dan laki-laki supaya tidak
ada intimidasi dan dominasi gender yang merugikan.
Selain tulisan, Kartini pada
masa ia sudah menikah dengan KRM Adipati Ario Singgih, juga mendirikan sekolah
wanita atas persetujuan suaminya tersebut. namun sayangnya, masa perjuangannya
usai pada masa ia telah melahirkan anak pertamanya, pada usia 25 tahun. Catatan
dan surat kecil Kartini berhasil dibukukan dan turut berkontribusi dalam
terangkatnya derajat perempuan yang sebelumnya hanya mengikuti kehendak kaum laki-laki.
Meski lilinnya padam, namun cahayanya sanggup mengalir ke lilin yang lain dan
menerangi dari waktu ke waktu.
Dirangkum dari sumber: http://cintanegeri.com/sejarah-singkat-perjuangan-ra-kartini-semasa-hidupnya/
Standar perempuan cantik itu...
Kecantikan secara
outer dan inner, akan mencerminkan keindahan perempuan secara hakiki sebagai
ciptaanNya. Kenapa?
Karena jika unsur outer saja yang diagungkan, beli pemutih
wajah ini itu hingga putih mendekati cat tembok, cabut jerawat, bulu ketek, dan
semua kekurangan fisik yang menempel di tubuhnya, yang dijamin cukup menjadi
karir pekerjaan tersendiri jika ditekuni, maka perempuan akan kehilangan
esensinya sebagai manusia yang juga harus bermanfaat untuk orang lain.
Bila saja
Kartini bertahan pada trend masa itu, yakni bertahan menjadi objek yang
dipingit, lalu dinikahkan dan menjalani kewajiban sebagai istri/ibu saja, bisa
jadi minim bukti adanya perempuan di masa kini yang menghasilkan sesuatu yang
berguna.
Maka dari itu, seorang perempuan, dengan standar kecantikan yang bisa
dipetik dari Kartini, yang tidak sekedar memenuhi trend saja, bisa saja menjadi
perempuan cantik yang seutuhnya dan penuh dengan karya/prestasi..
1.
Kepribadian cantik
Karakter yang melekat di diri
Kartini membawanya pada keputusan-keputusan penting dan akhirnya menimbulkan
dampak yang positif. Meski stigma pada perempuan masih buruk, Kartini percaya
dengan berpikiran positif bahwa perempuan bisa melakukan lebih dari yang
biasa dilakukan oleh perempuan di zaman itu.
Bahkan, saat ia dipingit, dia pandai
bersosialisasi dengan teman Belandanya, yakni mampu menjaga hubungan baik
hingga ia mengenal dunia literasi dan pengetahuan yang melahirkan pemikiran
cemerlang serta kepekaan dirinya pada keadaan perempuan, ia berani,
cerdas, dan bekerja keras menuliskan hasil pemikirannya termasuk juga
membuat pendidikan untuk perempuan sehingga mengoreksi budaya yang sudah
mengakar saat itu.
Atas hasil jerih payahnya inilah, perempuan Indonesia sedikit
demi sedikit terangkat derajatnya bahkan ia dinobatkan sebagai pahlawan, yang
tentu saja akan dikenang masyarakat karena “inner beauty” yang mengantarkan
dirinya pada karya demi karya.
2.
Visi/cita2 hidup
yang cantik
Kepribadian baik saja tidak cukup jika
ia hidup berorientasi pada kebahagiaan dirinya sendiri. Karena jika sudah
bekerja, motif serta tujuan untuk dirinya saja, dirinya akan lenyap dan tak
menyisakan apapun perubahan di dunia ini.
Namun meski perempuan sudah ada yang
berhasil membuktikan visi hidupnya tercapai yakni memberi manfaat untuk banyak
orang, misalnya saja Sri Mulyani, Kartini di masa kini yang berperan di ekonomi,
nyatanya masih banyak diluaran sana perempuan yang masih berkutat saja dengan
kehidupan pribadinya.
Kabar baiknya, perempuan ternyata sangat bisa memiliki mimpi
atau target dalam hidup, yang melebihi dari apa yang rutinitas dilakukan. Kartini
yang awalnya mengikuti kemauan ayahnya untuk dipingit, dinikahkan dengan tujuan
hidupnya mengangkat perempuan serta masih menunaikan tugasnya sebagai istri, akhirnya
bisa terbukti kemuliaannya sebagai seorang manusia berjenis perempuan.
Makin seorang
perempuan mencanangkan capaian mulia dan berjuang dalam meraihnya, serta tentunya
tetap memedulikan kehidupan pribadinya, akan sangat mungkin kecantikan hakiki
ia peroleh karena dampak positif dari kerja kerasnya.
Penutupan
Sebagai perempuan
Indonesia, semoga kita tidak sampai mengerahkan seluruh sumber daya kita hanya
untuk mengejar fatamorgana yang palsu.
Kemudian, pada suatu masa kita akan
meratapi jika sampai memprimordialkan sesuatu yang tak ada guna besarnya.
Jika idealisme dalam diri setiap perempuan meneladani dari kisah Kartini, dan mematok standar cantik berupa kepribadian serta visi yang mulia, maka kebahagiaan hakiki akan didapat, untuk banyak orang, dan tentunya diri sendiri, dalam waktu yang lebih jangka panjang...
Source: google picture |
Komentar
Posting Komentar